Home » Ngoprek
Category Archives: Ngoprek
Fitur Eco di Honda Scoopy 2018
Selain fitur Idling Stop System atau ISS, fitur lain yang gw suka adalah fitur ECO indicator. Indikator Eco yang hadir di dalam dashboard Honda Scoopy memudahkan gw untuk memaintain dan melakukan penghematan konsumsi bahan bakar. Fitur Eco akan menyala secara otomatis pada kecepatan antara 20 sampai dengan 60 km/jam.
Fitur ini membantu gw dalam berkendara secara lebih stabil dan ekonomis.
Fitur Idling Stop pada Honda Scoopy 2018
Salah satu fitur yang gw sukai dari Honda Scoopy 2018 yang barusan gw beli adalah Idling Stop System alias ISS. ISS ini adalah fitur yang akan mematikan mesin jika mesin dalam keadaan idle. Tujuannya adalah untuk menghemat penggunaan BBM. Tentu saja harus ada persyaratan yang harus dipenuhi agar fitur ISS ini bisa aktif, antara lain :
- Tekan tombol Idling Stop pada posisi “Idling Stop”
- Putaran mesin standar 1700 rpm +/- 100
- Temperatur mesin melebihi 60 derajat celcius
- Motor telah mencapai kecepatan melebihi 10 kilometer/jam
- Handle gas (throttle) dalam posisi tertutup penuh
- Motor dalam kondisi berhenti setidaknya 3 detik, maka lampu indikator akan otomatis berkedip, dan mesin akan mati secara otomatis
Hasilnya memang kayaknya lebih hemat. Jika selama ini gw pakai Honda Beat Karburator 2012, saat beli bensin Pertalite 15 ribu dan dipakai untuk transportasi ke kantor. Biasanya akan habis dan harus mengisi lagi dalam waktu 3 hari (maksimal). Sekarang saat memakai Honda Scoopy 2018 dan mengkonsumsi Pertalite 15 ribu, baru akan habis dalam waktu 5 hari (maksimal).
Cukup OK lah….
Kelebihan dan Kekurangan EMC ScaleIO
Setelah melihat kemampuan EMC ScaleIO, gw melihat software yang cukup bagus. Beberapa kelebihan EMC ScaleIO ini antara lain :
- Software yang robust dan mature
- Kapasitas skalabilitas yang luar biasa dari minimal 3 node sampai ribuan node (unlimited)
- Bisa didownload gratis dan tidak ada batasan kapasitas maupun expiry, tapi hanya khusus untuk non production
- No Single Point of Failure
- Kemampuan rebalance dan rebuild secara otomatis
- Semakin banyak node makan semakin tinggi IOPS yang didapatkan
- Spesifikasi node tidak terlalu tinggi, hanya memerlukan minimal 2 core dan 4 GB RAM
Dibalik sejumlah kelebihan yang dimiliki, EMC ScaleIO juga memiliki kekurangan antara lain :
- Volume yang di-defined akan memakan 2 x kapasitas. Jadi misal alokasikan 20 GB maka di cluster akan terlihat memakan 40 GB
- Tidak memiliki kemampuan compression maupun deduplication
Bagaimana ? Tertarik menggunakan ScaleIO ? Silakan dicoba dulu. Jika sudah puas, bisa dipertimbangkan untuk membeli license-nya. Gw perkirakan license-nya dihitung dari kapasitas TB-nya.
Update Senin, 05 Februari 2018 :
ScaleIO versi yang gw coba adalah versi 2.0 (belum mendukung inline compression maupun deduplication). Saat dicoba cek ke web ScaleIO lagi, ternyata versi 3.0 sudah support inline compression.
EMC ScaleIO : Fallback failed node
Pada posting kali ini, gw akan men-simulasi-kan bahwa node yang sebelumnya failed (misal karena kerusakan power supply) bisa kembali online. Maka cluster ScaleIO kembali akan melakukan rebalance secara otomatis.
EMC ScaleIO : Simulasi failed node
Pada posting kali ini, gw akan men-simulasi-kan bahwa ada salah satu node yang ada dalam clustered storage ScaleIO kemaren failed. Sebelumnya gw memiliki 4 node dengan kapasitas 406 GB yang tersebar di 4 node. Salah satu node gw shutdown paksa dan ini yang terjadi di tampilan ScaleIO GUI-nya.
Pada dashboard, langsung terlihat proses rebuild dengan kecepatan MB/s sekaligus size GB yang harus di-rebuild.
EMC ScaleIO : Menambah storage node ke dalam existing cluster
Pada posting sebelumnya, gw sudah menjelaskan proses instalasi EMC ScaleIO. Nah, sekarang gw akan melakukan proses penambahan storage node baru. Penambahan storage node baru ini bertujuan untuk menambah kapasitas storage yang ada dalam cluster sekaligus untuk meningkatkan kemampuan IOPS cluster yang ada.
Node yang ditambahkan tetap menggunakan OS SLES 12 SP 2 (Jika mau menggunakan OS Windows juga bisa). Sebelum instalasi package ScaleIO, tetap perlu diperiksa requirement nya antara lain:
- Package numactl, libaio, python sudah terinstall
- Package jre 1.8 (download aja file jre yang rpm)
- Pastikan node-node mengacu ke ntp server yang sama (untuk synchronisasi waktu)
- Edit file /etc/hosts dan pastikan nama-nama semua node bisa saling kenal.
Problem Ethernet Realtek8169 tidak bisa terhubung di Linux Mint 18.3
Problem muncul saat ada teman menginstall Linux Mint 18.3 64 bit. Ethernet dikenali sebagai epn2s0 dengan memakai driver r8169. Setelah diberikan IP Address, dapat digunakan untuk tes koneksi ke diri sendiri tetapi tidak bisa untuk tes koneksi keluar dari diri-nya sendiri.
Setelah mencari di google, ditemukan solusi berikut :
Langkah-langkah :
1. Install dependencies: (tidak harus dilakukan di Linux Mint 18.3)
sudo apt-get install build-essential linux-headers-$(uname -r)
2. Download the driver “LINUX driver for kernel up to 4.7” from here
3. Blacklist the r8169 driver
sudo sh -c ‘echo blacklist r8169 >> /etc/modprobe.d/blacklist.conf’
4. Untar the archive
tar xfvj 0010-r8168–8.045.08.tar.bz2
5. Compile and install the driver
cd r8168–8.045.08/
sudo ./autorun.sh
6. Check the driver
$ lsmod | grep r8168
r8168 520192 0
7. Check whther the driver is loaded properly
ethtool -i enp2s0
8. Restart the computer
EMC Scale IO : great Software Defined Storage (SDS)
Minggu lalu akhirnya ada kesempatan untuk mencoba sebuah software defined storage (SDS) dari Dell EMC, yaitu ScaleIO. ScaleIO sendiri merupakan produk EMC (sebelum diakuisisi oleh Dell) yang didapat oleh EMC dari proses akuisisi juga. ScaleIO merupakan jenis distributed storage. Ada beberapa produk lain seperti GlusterFS dari Redhat, VSAN dari VMware, Ceph (ada dari SuSE, dari Proxmox, dll) yang merupakan produk sejenis.
Gw melakukan instalasi ScaleIO ini di atas VM (just for homelab and proof of concept).
Sebagai awalan gw meng-install ScaleIO Gateway di atas mesin Windows 2008 server. ScaleIO Gateway ini dibutuhkan untuk melakukan instalasi node-node ScaleIO. Diatas mesin Windows ini, gw juga menginstall ScaleIO GUI yang akan digunakan untuk maintain ScaleIO.
(more…)
Opsi oli mesin motor matic
Dalam beberapa lama sejak sepenuhnya berganti tunggangan ke motor matic (Honda Beat karburator 2012), gw selalu dihadapkan pada pilihan pada saat akan melakukan pergantian oli berkala. Setelah sebelumnya selalu menggunakan oli pabrikan (AHM oil MPX2 termasuk jatah oli gratis saat service gratis) akhirnya diputuskan untuk melihat review oli-oli mesin dari beberapa blog teman-teman bikers.
Dari beberapa baca blog ada beberapa oli mesin kandidat yang layak dipertimbangkan :
- AHM oil MPX2 10w30 (botol putih)
- Federal Flick Matic 10w30 (botol merah)
- Castrol Power 1 Scooter 10w40 (botol gold)
- Repsol Matic 10w30 (botol orange)
- Motul Scooter LE 10w30 (botol hitam)
- Enduro Matic 10w30 (botol merah)
- Evalube Scooting HX 10w30 (botol gold)
Dari daftar diatas oli yang belum pernah gw coba adalah mulai Motul sampai kebawah. Berikut kesan-kesan gw atas oli-oli mesin yang pernah gw gunakan.
AHM oil MPX2 harganya tidak murah kisaran 35 ribuan. Oli cenderung berat setelah 1000 km. Karena cenderung berat, BBM juga akhirnya lebih boros. Baik dengan BBM premium, pertalite maupun pertamax.
Federal Flick Matic harganya hampir sama dengan AHM oil. Kesan performa sama, cenderung berat setelah 1000 km. Akhirnya BBM pun ikut boros.
Castrol Power 1 Scooter 10w40 harganya lebih mahal dari AHM oil. Terakhir beli saat ganti oli adalah 40 ribu. Oli ini sangat enak. Tarikan enteng dan stabil. Bahkan jika menggunakan BBM premium, pertalite, maupun pertamax. Recommended sekali. Sampai jarak tempuh 2000 km pun masih terasa enak.
Repsol Matic 10w30 harganya lebih mahal dari Castrol Power 1 Scooter. Selisih sekitar 2 sampai 3 ribu. Tarikan enteng. Oli ini juga termasuk enak dipakai. Hampir sama performa dengan Castrol.
Yang gw penasaran adalah oli Enduro Matic 10w30 dan Evalube Scootic HX 10w30. Terutama untuk Evalube, karena harganya yang sangat murah.